Bab 267
Bab 267
Ruang Untukmu Bab 267
Leave a Comment / Ruang Untukmu / By Admin 01
Bab 267 Elan adalah orang yang baik dan dia juga sangat baik pada anak Tasya. Elan memang bukan Ayah kandung Jodi, tapi dia
mencintainya sepenuh hati.
Tapi siapa yang tahu, bagaimana sikapnya nanti di masa depan.
Tasya tidak berani mengambil resiko.
Dia sering melihat berita di internet kalau ada perempuan yang menikah lagi, tapi anak-anak mereka dijauhi oleh keluarga suaminya.
Makanya, akan lebih baik kalau perempuan yang sudah memiliki anak tidak menikah lagi.
Sementara itu di kediaman keluarga Merian, Frans pulang setelah hari yang melelahkan di kantor.
Saat dia sampai di rumah, dia memanggil istrinya.
"Suruh Elsa turun.
Ada sesuatu yang ingin ku katakan." Pingkan naik ke atas dan memanggil anak perempuannya.
Lalu mereka berdua duduk di sofa dan menatap wajah tegang Frans dengan gugup.
"Suamiku, ada apa?"
"Lukman mungkin akan membalas dendam padaku.
Jadi, kalau kamu dan Elsa pergi keluar, kalian harus lebih berhati-hati.
Atau kalau bisa, jangan keluar rumah," ujar Frans dengan serius.
"Kenapa dia mau balas dendam pada kita?" tanya Elsa bingung.
"Kenapa lagi memangnya? Tentu saja karena perusahaannya sudah dibeli oleh Grup Prapanca dan dia tidak berani macam-macam pada Grup Prapanca langsung.
Makanya dia melampiaskan bencinya pada Ayah.
Untuk sementara, jangan kemana-mana dulu." "Bagaimana dengan Tasya? Apa kamu sudah memberitahunya?" tanya Pingkan.
Dia berpikir kalau Lukman memang ingin balas dendam, lebih baik dia melakukannya pada Tasya dan anaknya.
Lebih baik Lukman menculik anak Tasya atau mungkin membuat anak itu kecelakaan atau apalah!
Tentu saja Frans tidak sadar maksud dari pertanyaan istrinya.
Dia bahkan mengira kalau istrinya sedang mengkhawatirkan Tasya! Frans tersenyum dan berkata, "Jangan khawatirkan Tasya dan Jodi.
Mereka ada di tempat yang aman sekarang." Elsa sedikit merasa iri dan bertanya, "Ayah membawa mereka bersembunyi dimana?”
"Bukan Ayah yang membawa mereka.
Sekarang Tasya dan Jodi ada di rumah Elan Prapanca.
Beliau punya banyak pengawal dan rumah mereka dilengkapi dengan pengamanan paling ketat.
Seberapa keras Lukman mencoba, dia tidak akan berani macam-macam dengan keluarga Prapanca." ujar Frans.
Entah kenapa dia merasa sedikit bangga.
Pingkan dan Elsa saling bertatapan.
Elsa tentu saja iri dengan Tasya.
Kenapa Tasya yang beruntung bisa tinggal di rumah Elan? Dia sekarang bisa dekat dengan Elan, jadi dia bisa menggoda Elan sesuka yang dia mau!
"Dia beruntung sekali, ya! Anaknya juga.
Mereka bisa tinggal di rumah Elan Prapanca." ujar Pingkan dengan canggung.
"Tasya pasti beruntung sebagai ganti dari hidup Ibunya." ujar Frans sambil menghela napas.
Ketika dia teringat sikap pemberani istrinya, seketika hatinya terasa sesak.
Elsa segera kembali ke kamarnya.
Hatinya penuh dengan rasa iri.
Dia mengambil ponsel dan menghubungi nomor Helen untuk menceritakan kekesalannya.
Ketika Helen menerima telepon Elsa, dia sedang berbaring di tempat tidurnya yang mewah.
Dia tidak bisa tidur karena masalahnya sendiri.
Dia punya uang, rumah besar, dan mobil mewah, tapi dia tidak bisa memamerkannya pada orang lain.
Dia hanya bisa pamer pada orang asing, tapi bukan pada orang-orang yang dulu meremehkan dan merendahkannya.
"Halo, Elsa." "Helen, apa kamu sibuk? Aku ingin ngobrol." "Tentu saja! Ada apa?"
"Tasya, si pelac*r itu!" seru Elsa penuh amarah.
"Kamu tahu betapa beruntungnya dia? Helen, apa kamu tahu keluarga Prapanca? Keluarga yang kaya raya itu."
"lya.
Mereka yang punya gedung yang sangat tinggi di pusat kota bernama Perusahaan Prapanca." "lya, betul, Perusahaan Prapanca.
Presdir mereka sekarang adalah orang yang bernama Elan Prapanca.
Apa Tasya pernah menceritakannya padamu? Ibu Tasya meninggal saat dia berusaha menyelamatkan Elan. ConTEent bel0ngs to Nôv(e)lD/rama(.)Org .
Dan sekarang Elan sedang membalas budi atas jasa Ibunya.
Tasya dan anak haramnya itu sekarang hidup enak! Itu membuatku marah!" "Oh, ya?! Bagaimana keluarga Prapanca membalas budi?"
tanya Helen ingin tahu.
"Aku mulai dari cerita yang sedikit melibatkanku, ya.
Perusahaan Ayahku hampir saja dibeli oleh seseorang.
Saat itu Pak Elan yang membantu menyelesaikan masalahnya.
Sekarang, orang yang tadinya mau membeli perusahaan Ayahku ingin balas dendam padanya.
Jadi Ayahku melarangku dan Ibuku keluar rumah untuk sementara.