Bab 265
Bab 265
Ruang Untukmu Bab 265
Leave a Comment / Ruang Untukmu / By Hmmark
Bab 265 "Anak pintar. Oh iya, kamar Jodi ada di sebelah kamarmu. Jangan khawatir. Aku tidak akan mengganggumu," ujar Elan
meyakinkan Tasya, lalu bergegas ke lantai dua.
Tasya mengikutinya dan kamarnya memang bersebelahan dengan Jodi.
Tapi, kamar Elan juga ada di lantai yang sama dengan mereka.
Kamar mereka cukup dekat. Original content from NôvelDrama.Org.
Koper Tasya sudah dibawakan ke dalam kamar.
Setelah itu, Elan berkata, "Aku akan meminta para pelayan untuk membantumu menata barang bawaanmu."
"Tidak perlu.
Aku bisa melakukannya sendiri." ujar Tasya.
Dia tidak biasa dibantu oleh pelayan.
Elan menganggukkan kepalanya dan membiarkan Tasya menata barangnya.
Sambil menata, Tasya memisahkan pakaian Jodi dari koper dan membawanya ke kamar Jodi.
Semakin hari, Jodi semakin tumbuh dewasa.
Meskipun usianya masih anak-anak, sudah saatnya untuk melatih Jodi untuk mandiri.
Setelah menata semua barang bawaannya, tiba-tiba perkataan Helen terlintas di pikiran Tasya.
Kalau sampai Helen berani mengenalkan si laki-laki bajing*n itu pada Jodi, dia akan memenjarakan bajing*n itu! Dia tidak akan memaafkan laki-laki itu karena sudah melakukan hal keji padanya! Tasya tidak akan pernah melupakan laki-laki yang membuatnya trauma itu.
Laki-laki itu pantas membusuk di neraka! Meskipun dia adalah Ayah kandung Jodi, Tasya tidak akan memaafkannya!
Ketika Tasya masuk ke ruang tamu dengan balkon yang ada di lantai dua, dia bisa melihat Jodi sedang bermain di taman.
Setelah itu, dia duduk di sofa dan menikmati pemandangan.
Tak lama, beberapa pelayan membawakannya buah-buahan dan teh.
Ini benar-benar pelayanan spesial baginya.
Beberapa saat kemudian, Elan datang ke balkon dan duduk di samping Tasya, sambil melihat Jodi bermain di taman.
"Jodi sepertinya suka tinggal disini." "Siapa yang tidak menyukai rumah sebesar ini?" tanya Tasya sambil tertawa.
"Jadi, kamu juga senang ada disini?" tanya Elan.
Pertanyaan Elan itu membuat Tasya tergagap, tapi dia tidak mau berbohong.
"Tentu saja." Setelah itu, Elan berkata sambil mengernyitkan keningnya, "Bagaimana kalau kamu bisa memiliki rumah ini? Menikahlah denganku, dan rumah ini akan jadi milikmu."
Seketika Tasya tercengang.
Dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan sambil menawarkan sepotong buah semangka.
"Semangka ini sangat manis, Pak Elan.
Anda harus coba." Elan mengambil sepotong semangka darinya dengan sedikit jengkel.
Elan tidak mau terlalu memaksakan Tasya, karena dia khawatir kalau Tasya justru akan takut.
Padahal dia baru saja datang.
"Anda punya banyak pelayan, ya, Pak Elan!" ujar Tasya.
Dia sudah bertemu dengan sekitar tujuh sampai delapan orang pelayan saat dia datang.
Mendengar itu, Elan memicingkan matanya dan berkata, "Mereka sebentar lagi akan pulang.
Biasanya, hanya ada dua pelayan yang menyiapkan sarapan dan makan malam."
Tiba-tiba, Elan teringat sesuatu dan dia berkata pada Tasya.
"Ayo, aku mau tunjukan studiomu." Bingung, Tasya bertanya, "Studio apa?"
"Kamu akan tahu setelah kamu melihatnya." Elan beranjak dari tempat duduknya lalu masuk ke dalam.
Sikapnya terlihat mencurigakan.
Karena penasaran, Tasya mengikutinya dari belakang.
Mereka mengarah ke sebuah ruangan dengan dua bilah pintu di ujung ruangan, menghadap ke taman.
Elan membuka pintunya.
Cahaya matahari masuk dan menyinari ruangan itu.
Ruangannya dihias indah dengan tanaman dan sebuah meja berwarna putih gading.
Ruangan jadi semakin indah karena dari sana, bisa melihat lautan terbentang dari balikjendela.
Lengkap dengan perabotan yang nyaman, ruangan itu benar-benar studio impian banyak desainer! di tempat seperti ini, seolah-olah tidak
ada hal yang harus dikhawatirkan lagi.
Melihat pemandangan indah seperti ini, pasti tidak akan ada orang yang menolaknya! Sungguh menyenangkan kalau bisa bekerja
Saat Tasya masuk dan melihat-lihat, Elan bertanya.
"Apa kamu menyukainya?" Kenapa tidak?! Tapi, dia terdiam dan menatap Elan.
"Aku bisa bekerja di kamarku.
Kamu tidak perlu repot-repot menyiapkan studio ini untukku." "Tidak ada yang namanya "repot.
Mulai sekarang, ini akan jadi kantormu.
Dan ingatlah, aku masih menunggu desain kalungku!" Ujar Elan sambil menatap Tasya dengan sumringah.
"Terima kasih." Tasya tidak menolaknya.
Lagipula, dia hanya akan tinggal disana semenetara.