Chapter 37
Chapter 37
Bab 37
“Baik!” Ibu kepala sekolah Lucy memahami situasi yang sedang terjadi, kemudian dia membungkuk dan memohon maaf kepada Tracy dan ketiga anaknya, “Maaf, semua ini salahku,
tidak seharusnya aku menyinggungmu.”
“Sampai detik ini pun Ibu tidak tahu kesalahan Ibu ada dimana?” Sahut Tracy dengan penuh kebencian, “Alasan kenapa Tuan Stanley ikut campur dan menegakkan keadilan, semata-mata karena karakternya yang baik, bukan karena latar belakangku yang tidak diketahui orang lain.
Ibu tidak boleh menilai seseorang dari latar belakangnya. Ibu adalah seorang guru, Ibu sama sekali tidak memiliki kualitas dasar integritas dan kebaikan!!”
“Benar, apa yang Anda bilang benar.” Ibu Kepala sekolah Lucy menundukkan kepalanya, tidak berani berkata lebih banyak lagi.
Tracy mengalihkan pandangannya, tidak ingin mengatakan ap-apa lagi, karena orang seperti ini tidak akan mau mendengarkan perkataan orang lain. This material belongs to NôvelDrama.Org.
“Pergi lah.” Stanley menghela nafas.
“Pak Stanley ampunilah aku....”
Ibu kepala sekolah Lucy berkata dengan pelan dan pergi dengan menundukkan kepalanya.
Ibu guru Anita yang sudah pucat karena ketakutan, berkata dengan tidak jelas: “Pak Stanley…, Aku… aku…”
“Kamu di skors selama sebulan, ikut pelatihan ulang, sampai kamu memliki literasi dan kualitas yang baik, baru boleh bekerja kembali.” Ujar Stanley.
“Terima kasih, terima kasih.” Ibu Guru Anita mengetahui bahwa hukuman yang diberikan kepadanya termasuk ringan, dia sangat berterima kasih, dan meminta maaf kepada ketiga anak itu, “Carlos, Carles, Carla, maafkan Ibu ya tidak bisa menjaga kalian dengan baik.…..”
“Ibu Anita.” Ketiga anak itu melihat kepergian Ibu guru Anita.
Semua orang sudah pergi, pengawal keluarga Stanley berjaga di pintu depan.
“Bibi Juni, sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” Stanley menyapa dengan lembut.
“Baik, baik.” Bibi Zhu mengangguk lagi dan lagi. “Aku tidak dipercaya tuan Stanley masih mengingatku.”
“Tentu saja, aku akan selalu ingat…”
Ketika Stanley mengatakan hal ini, matanya menatap ke arah Tracy.
Dia ingin Tracy tahu, dia selalu mengingatnya, mengingat semua tentang dirinya......
Tracy menundukkan kepalanya, tidak berani menatapnya.
“Anak-anak kita kembali ke kelas dan ambil tas sekolah kalian bersama nenek.” Bibi Juni merangkul tangan ketiga anak itu, “Mami dan paman akan berdiskusi mengenai guru baru,
setelah itu akan segera menemui kita.”
“Mami…” ketiga anak itu memandang Tracy.
“Dengarkan kata-kata nenek ya, ayo sana.” Tracy memeluk ketiga anaknya, “Setelah mengambil tas sekolah, tunggu mami di depan gerbang sekolah, mami akan segera ke sana.”
“Iya.” Anak-anak mengangguk patuh.
Bibi Juni membawa Carlos, Carles dan Carla pergi dari sana.
Sampai suara langkah kaki di luar tidak terdengar lagi, Stanley baru membuka suaranya: “Siapa ayah anak-anak itu?”
Tracy mengerutkan keningnya, dan hatinya terasa seperti di tekan oleh sebuah batu besar, dia tahu Stanley pasti akan menanyakan hal ini.....
Tapi bagaimana dia harus menjawabnya?
Anak-anak dari Gigolo waktu itu?
Apa yang akan Stanley pikirkan tentang dia?
Meski ditakdirkan tidak akan pernah bersama lagi, tapi Tracy tetap berharap bisa meninggalkan kesan yang baik di hati Stanley.
“Jangan khawatir……” suara Stanley terdengar sangat tenang. “Masalah kita sudah lama berlalu, terlebih lagi akulah yang lebih dulu menyakitimu, aku tidak memiliki hak untuk bertanya lebih jauh, tapi aku hanya penasaran.”
“Ayah dari anak-anak itu hanyalah orang biasa.” Tracy menjawab dengan santai dan berkata: “Kita sudah lama berpisah.”
“Apakah kalian saling kenal setelah kamu meninggalkan kota Bunaken?” Stanley bertanya lagi, “Aku dengar selama ini kalian tinggal di pedesaan....”
“Benar, pada saat itu lah kami saling kenal.” Tracy hanya bisa berbohong. “Ketika seseorang jatuh ke dalam keputusasaan, ia selalu berharap ada seseorang yang bisa melindunginya…..”
“Baiklah.” Saut Stanley putus asa, seolah tidak ingin mendengar lebih jauh masalah itu, “Jadi kamu sekarang seorang diri merawat ketiga anak itu?”
“Aku tidak seorang diri, masih ada bibi Juni.” Tracy menatapnya dan berkata dengan sinis, “Sebaliknya, harusnya aku yang memberikan selamat padamu, aku pergi belum sampai satu bulan. Kamu langsung menikahi seorang istri yang cantik, dan sekarang sudah memiliki seorang purta yang sudah besar!”
Stanley menundukkan kepala dan tidak berani menatap matanya. Dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan masalah ini dan ia tidak bisa menjelaskannya......