Chapter 30
Chapter 30
Bab 30
Itu semua adalah restoran mahal yang terkenal di kota Bunaken dan harus memesan tempat setengah bulan sebelumnya. Bagaimana bisa membeli makanan ini dalam waktu setengah jam?
Dia pasti sengaja melakukan ini.
“Oh iya … “Ryan berbalik dan menambahkan, “Jika sarapan tidak diantar dalam waktu setengah jam, bersiaplah untuk dipindahkan ke departemen kebersihan besok.”
Tracy benar-benar ingin memukulnya sambil berteriak: “Aku berhenti kerja!!!!”
Lidahnya kaku dan kata-kata itu tersangkut di tenggorokannya ...
Pada saat itu Daniel berjalan ke lift kemudian berbalik dengan anggun dan menyeringai.
“Aku ...”
Begitu Tracy baru mengucapkan sepatah kata, pintu lift tertutup.
Dia memejamkan mata erat-erat, menggertakkan giginya, dan memarahi dirinya sendiri di dalam hati karena merasa tidak berguna.
“Tracy, Tracy!” Panggilan David mengganggu pikiran Tracy, “Apakah kamu baik-baik saja?”
“Tidak apa-apa.” Tracy meringis, “Aku seharusnya tidak perlu merendah, kenapa aku harus membelikan si iblis itu sarapan?”
“Si iblis itu? Maksudmu Presdir Daniel?” David tiba-tiba menjadi gugup. “Jangan sampai orang lain mendengarnya, jangan sebut itu lagi, jika tidak habislah kamu.”
“Sekarang aku harus bagaimana?” Tracy merengek, “Mustahil untuk membeli semua itu dalam waktu setengah jam.”
“Aku belum pernah mendengar nama makanan itu.” David memandangnya dengan simpati. “Aku belum pernah ke tempat yang begitu mewah. Kami biasanya makan di kantin lantai tujuh.”
“Ada kantin di lantai tujuh?” Tracy terkejut, “Dulu aku makan di kantin lantai dua puluh satu.
“Kantin di lantai tujuh makanan Chinese dan kantin di lantai dua puluh satu makanan Eropa. Kalian para pekerja kantor suka pergi ke lantai dua puluh satu dan kami para pekerja kasar
suka pergi ke lantai tujuh ...”
“Aku tahu apa yang harus kulakukan.”
Tracy berlari ke arah lift. Karena hanya setengah jam, dia harus bergegas.
Tracy langsung ke kantin lantai tujuh, meminta koki untuk masak pangsit, bubur iga sapi, dan acar.
Kemudian ke lantai dua puluh satu membeli kopi.
Bagaimanapun, dia membeli semuanya sesuai dengan yang diperintahkan Ryan, semuanya hampir sama. Dia tidak percaya bahwa si iblis itu bisa merasakan perbedaannya!
Sudah berlalu dua puluh satu menit, sisa sembilan menit lagi.
Tracy segera masuk ke lift sambil membawa sarapan, tapi ketika menekan tombol lift dia menyadari bahwa kartu kerja satpam tidak bisa digunakan untuk naik ke lantai enam puluh
enam.
Dia teringat kemarin pakai kartu Noah Manager departemen administrasi untuk naik ke lantai enam puluh delapan membersihkan kolam renang.
Bagaimana ini?
Awalnya masih ada banyak waktu, tapi sekarang semuanya sia-sia.
Tracy ingin meminta bantuan Noah, tapi memikirkan bagaimana dia menghindar, membuanya takut hanya buang-buang waktu saja.
Dia mencoba menekan tombol lain dan ternyata bisa ke lantai empat puluh delapan.
Dia bergegas naik ke lantai empat puluh delapan, kemudian naik tangga sambil membawa sarapan ...
Dari lantai empat puluh delapan ke enam puluh enam naik delapan belas lantai. Ccontent © exclusive by Nô/vel(D)ra/ma.Org.
Tracy yang sedang flu dengan kaki yang gemetar dan berkeringat deras, terus berjuang sekuat tenaga bergegas ke lantai enam puluh enam pada menit terakhir.
Keluar dari pintu darurat, kakinya lemas dan hampir jatuh di pintu ruang rapat.
Saat momen krusial ini, ada sepasang tangan yang menompangnya dari belakang…
“Terima kasih ..”
Tracy menoleh dengan nafas terengah-engah dan melihat wajah yang familiar itu.
Hatinya bergetar dan diam tercengang.
Wajah tampan Stanley terpaku ketika melihat Tracy dan senyumnya yang semula anggun menjadi kaku.
“Pak Stanley!” Pengawal di belakangnya berbisik.
Stanley kembali sadar, kemudian buru-buru melepaskan tangannya dan mundur setengah langkah.
Tindakannya ini membuat Tracy sangat sedih.
Hatinya kacau dan hampir meneteskan air mata.
Dia sangat gugup dan bingung ketika merasa Stanley sedang menatapnya. Dia mengulurkan kantong plastik dan tangan satunya lagi menyeka keringat dari wajahnya yang panik, kemudian merapihkan rambutnya yang acak-acakan…