Bab 59
Bab 59
Bab 59 Hak Kewarganegaraan dan Asuransi Kesehatan
Wajah Vivin perlahan memucat. “Bu, aku tidak bisa melakukannya. Kami sudah mendaftarkant pernikahan kami.”
“Lantas kenapa? Mungkin dia hanya butuh istri diatas kertas.” Ratna mungkin koma selama dua tahun tapi dirinya tidak bodoh sama sekali. “Kalau tidak, kenapa dia harus menikahi wanita biasa sepertimu jika dia adalah pemuda dari keluarga kaya?”
Vivin terdiam.
Ibunya bicara fakta. Di pernikahan mereka. Vivin segera tahu bahwa Finno hanya membutuhkan. istri diatas kertas saja. Tapi, Ratna lupa kalau dia menikahi pria itu demi mendapatkan kewarganegaraan di Kota Metro. Pernikahan mereka memang hanya untuk keuntungan kedua. belah pihak, dan tidak ada yang berhak mengkritik mereka karena pilihan mereka.
“Bu. Dia memberitahunya yang sebenarnya. “Finno memperlakukanku dengan baik.”
Dia berbicara dengan sungguh-sungguh. Meskipun mereka tidak bisa dianggap sebagai sahabat. tapi Finno memang memperlakukannya dengan baik. Dia selalu muncul kapanpun Vivin membutuhkan bantuan, seperti saat ini dimana ibunya butuh operasi.
“Vivin, bagaimana kau bisa begitu bodoh! Laki-laki memperlakukanmu dengan baik hanya karena mereka ingin bersenang-senang.” Ratna benar-benar merasa khawatir pada putrinya. “Apa kau tidak bisa menjadikanku sebagai contoh? Aku hanya mau hidup biasa-biasa saja dan bahagia… aku benar- benar takut jika kau akan mengikuti jejakku dan akhirnya dibuang oleh seorang pria nantinya.”
Wanita itu mulai menangis dalam diam setelah berkata begitu.NôvelDrama.Org content.
Vivin merasa ia telah menyakiti ibunya. Dia menariknya kedalam pelukannya dan berkata, “Bu, kau baru saja selesai operasi dan tidak boleh emosi. Biar kuberitahu yang sebenarnya. Aku menikahinya untuk mendapatkan hak kewarganegaraan dan asuransi kesehatan. Aku tidak punya perasaan padanya.”
“Apa kau berkata yang sebenarnya?” Ratna berhenti menangis saat mendengar itu dan menatap putrinya.
“Tentu saja.” Vivin menatap kearah Ratna dan melanjutkan, “Bu, bukankah kau mengenalku? Kau tahu kan bagaimana aku saat tidak menyukai seseorang?”
Memang, Ratna membesarkannya sendirian, dan mereka hanya saling memiliki satu sama lain selama ini. Tanpa perlu bicara, dia yang paling mengenal sosok putrinya. Sangat jelas kalau Vivin tengah menyukai seseorang, persis seperti saat dia bersama Fabian.
Akhirnya, kekhawatiran Ratna mulai berkurang. Tapi, ia tetap memberi perintah pada putrinya itu, “Baiklah, tapi kau harus berjanji kalau kau akan bercerai jika punya kesempatan.
Faktanya, Vivin tidak pernah berpikir untuk menceraikan Finno sama sekali. Dia tidak peduli
bagaimana mereka bisa sampai menikah, ataupun mempermasalahkan identitas pria itu. Karena mereka sudah menikah sekarang, dia tidak akan pernah mengajukan cerai sampai Finno sendiri yang menginginkannya.
Sekarang, saat dia melihat ibunya memohon padanya, dia mulai berubah pikiran dan menyerah. “Iya, aku janji, Bu.”
Ratna menghembuskan nafas lega, namun ia tidak bisa berhenti merasa bersalah. “Vivin, ini semua salahku. Bahkan jika kau bercerai, akan sulit bagimu untuk mendapatkan pria yang baik untuk dinikahi kembali.
Vivin mengedipkan matanya beberapa kali sebelum memeluk ibunya sekali lagi. “Bu, tidak apa- apa. Aku bahagia selama kau juga bahagia.”
Kemudian, dia membujuk ibunya untuk tidur. Saat ia sedang beres-beres dan bersiap untuk pergi, dia melirik sebuah berkas di meja disisi ranjang.
Aku kira Finno yang membawa ini. Apa dia lupa ya membawanya kembali?
Dia memasukkan berkas itu kedalam tasnya dan meninggalkan kamar inap itu.
Sementara itu, kursi roda Finno baru saja dimasukkan kedalam mobil. Noah, yang tengah duduk di kursi penumpang, bertanya padanya, “Pak Normando, kenapa Anda pergi lama sekali? Saya pikir Anda kembali untuk mengambil berkas.”
Finno hanya terdiam.
Karena penasaran, Noah akhirnya menoleh kearahnya. Tapi, yang bisa ia lihat hanyalah sikap dingin Finno, dan spontan saja, dia langsung berkeringat dingin.
Apa yang terjadi? Bukannya Pak Normando sedang dalam suasana hati baik tadi? Kenapa dia langsung berubah setelah mengambil berkas? Tuhan, dia kelihatan seperti orang yang ingin membunuh seseorang sekarang.
Setelah sepuluh menit, Vivin masuk kedalam mobil itu. Dia memegang sebuah berkas ditangannya dan bertanya, “Finno, apa kau lupa bawa ini tadi?”
Dia tidak kunjung mengambil berkas itu darinya. Dia malah menatap kearah matanya dengan dalam. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya sekarang.
Bulu romanya langsung meremang. Dengan hati-hati, dia bertanya, “Finno?”
Dia terus menatap wanita yang tengah ketakutan dihadapannya. Kata-katanya kembali terdengar di telinganya. Dia sudah mendengar semua perkataan wanita itu saat dia kembali untuk. mengambil berkas itu tadi.