Bab 202
Bab 202
“Aku dalang.” Suara Nando terdengar dari interkom video.
Tasya dengan cepat bergerak untuk memblokir kamcra dan menyilangkan tangannya. Dia mulai berpikir bagaimana dia akan menjclaskan kepada Nando. Sungguh, berada di situasi sulit karena ulah Elan membuatnya frustasi.
Terdengar suara bip saat pintu dibuka. Elan meletakkan tangannya di kenop pintu dan ingin melangkah masuk. Namun, ketika melihat wanita dibelakangnya memunggunginya, dia mengangkat alis dan bertanya, “Apa kamu tidak masuk?”
“Duluan saja. Aku ingin menelepon dulu,” kata Tasya sambil mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor. Namun, Elan langsung mengambil ponselnya.
“Ikut denganku,” kata Elan dengan nada memerintah.
“Kembalikan ponselku, Elan,” tuntut Tasya tak percaya.
Namun, Elan tetap masuk ke rumah itu dengan membawa ponselnya. Awalnya, Tasya berencana untuk berlama-lama di pintu depan agar terlihat mereka datang terpisah, tetapi mengingat teleponnya ada bersama Elan, tidak ada gunanya berpura-pura.
Oleh karena itu, dia mengikuti.Elan memasuki vila berdinding kaca yang indah itu.
Nando yang baru saja mengenakan pakaiannya langsung berjalan ke lantai bawah. Ketika dia melihat ada pria dan wanita di ruang tamunya, dia terkejut. Elan? Tasya? Kenapa mereka berdua datang ke sini di waktu yang bersamaan?
Dia memang melihat sosok Elan di interkom video bersama sosok seorang wanita yang membelakangi kamera. Nando mengira wanita itu adalah asisten Elan atau semacamnya, tetapi ternyata dia adalahContent is property of NôvelDrama.Org.
Tasya. Nando tampak bingung, berkedip beberapa saat, dan bertanya dengan ragu, “A…apa kalian berdua datang ke sini bersama?”
“Eh… Tidak, kami datang dengan mobil terpisah dan bertemu di depan rumahmu, jadi kami memutuskan untuk masuk bersama. Ini semua kebetulan,” Tasya menjelaskan dengan cemas.
“Itu saja?” tanya Nando.
“Sebenarnya, aku pergi ke pesta ayah Tasya tadi malam dan aku mabuk, jadi aku menginap di rumahnya. Aku hanya ikut-ikutan menjemput Jodi kesini.” Elan mencoba mengungkapkan kebenarannya.
Wajah Tasya menjadi merah padam saat dirinya melemparkan tatapan mematikan pada Elan. Pria ini benar-benar tidak berpikir bagaimana perkataannya bisa berpengaruh besar untuknya.
Sementara Nando tertegun selama beberapa saat. Kemudian, dia menatap Tasya tidak percaya. “Kenapa kamu tidak memberitahuku tentang pesta ayahmu? Seharusnya aku pergi dan merayakannya juga, bukan?”
“Itu hanya perayaan kecil,” Tasya menjelaskan sambil mengalihkan pandangannya dengan rasa bersalah.
“Jodi masih tidur, mungkin sebentar lagi dia bangun,” kata Nando. Kemudian, dia menatap mata Elan, dan keduanya uba-uba terjebak dalam pertempuran tanpa kata,
Elan pun menatapnya tajam seraya berkata, “Terima kasih telah menjaga Jodi tadi malam, Nando.”
“Jangan terlalu dipikirkan,” kata Nando dengan gigi terkatup. Dia tidak percaya Elan menitipkan Jodi tadi malam dan diam-diam menghadiri pesta Frans. Dia bahkan mabuk dan tidur di tempat Tasya. Dia
memandang sepupunya ini dengan tatapan berbeda karena hanya pria yang bisa mengerti apa yang dipikirkan pria lain. Elan pasti sudah mengatur semua ini dari awal!
“Tasya, kenapa kamu tidak naik ke atas?” kata Nando lalu menatap Elan dengan tatapan tajam dan berkata sambil berjalan menuju balkon, “Elan, ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu.”
Elan pun mengekor di belakangnya. Tasya tidak terlalu memikirkan hal ini. Dia hanya berpikir mereka berdua memang memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan.
Di balkon, ada kilatan permusuhan di mata Nando saat dia menatap Elan. Dia belum pernah bertanya pada Elan dengan begitu serius seperti yang dia lakukan saat ini. “Apa kamu serius dengan Tasya, atau dia hanya mainan baru bagimu?” tanya Nando.
Ekspresi Elan tampak muram saat menatap pria yang lebih muda darinya itu lalu berkata, “Tentu saja, aku sangat serius dengannya.”
“Begitukah? Semua ini bukan hanya karena rasa terima kasihmu untuk ibunya Tasya yang telah mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan nyawamu, bukan?”
Memang, ada saat ketika Elan berpikir kasih sayang yang dia miliki untuk Tasya hanya karena rasa terima kasihnya, tetapi setelah menghabiskan waktu bersama wanita itu, dia menyadari bahwa Tasya memiliki tempat khusus di dalam hatinya yang tidak ada hubungannya dengan pengorbanan ibunya.
“Nando, aku sangat mencintainya. Kamu harus percaya padaku,” kata Elan lembut dan tidak ada lagi nada keras di suaranya.
“Kalau begitu, apa kamu bisa menerima Jodi meskipun dia bukan anakmu? Maukah kamu memperlakukannya seperti anakmu sendiri?” Nando menekan lebih jauh dengan tatapan membara pada Elan. Dia tahu dia tidak punya kesempatan untuk bersama Tasya, tetapi itu tidak
menghentikannya untuk menjadi penjaga gerbangnya dan mengevaluasi pria yang akan menghabiskan waktu bersamanya.
Previous Chapter
Next Chapter