Bab 701
Bab 701 Wanita Paling Cantik di Kota Lino
“Hmm.”
Ardika menganggukkan kepalanya dan menanggapi lawan bicaranya dengan datar.
Dia tidak memiliki kesan baik pada Jiko.
Kala itu, jelas–jelas dia menyelamatkan Livy yang diculik
Namun, pada akhirnya dia malah dituduh oleh Jiko.
Kala itu, Ardika memanggil Sigit untuk menangani kasus tersebut. Sejak saat itulah, Jiko kehilangan pekerjaannya di Departemen Perhubungan yang diperolehnya berkat relasi keluarganya.
Setelahnya, Jiko dan Rina, ibunya sempat terlibat perselisihan dengan Ardika beberapa kali.
Ya, keluarga Jiko terlibat dalam cukup banyak konflik dengan Ardika.
Ayah Jiko adalah petinggi Rumah Sakit Pengobatan Tradisional.
Lima tahun yang lalu, Ganang adalah penyebab kecelakaan medis dan merupakan salah satu pelaku yang telah menjebak Desi.
Kini, pria itu masih dikurung dan sedang menanti dijatuhi vonis hukuman.
Jiko tahu dirinya tidak memberi kesan yang baik terhadap Ardika. Jadi, setelah menyapa Ardika, dia bergegas pergi.
Setelah kepergian pria sialan itu, Ardika berjalan menghampiri Elsy dan berpesan pada wanita. itu. “Kelak, jangan membiarkan Jiko datang ke sini. Kejadian Livy diculik sebelumnya, kurasa sedikit
banyak ada hubungannya dengan pria itu.” co
Ardika bukan sengaja mengarang cerita untuk menjelek–jelekkan Jiko.
Namun, reaksi Jiko kala itu memang sedikit aneh.
“Oke, aku akan lebih berhati–hati. Kalau kejadian itu benar–benar ada hubungannya
dengannya, aku akan bercerai dengannya!”
Ekspresi terkejut sekaligus curiga tampak jelas di wajah Elsy.
Dia tahu jelas Jiko tidak menyukai Livy.
Bagaimanapun juga, Livy bukan putri kandung pria itu.
Namun, kalau Jiko benar–benar melakukan tindakan seperti itu pada putrinya, dia tidak akan bisa menerimanya!
“Ayah!”
Saat ini, Livy berlari keluar dari vila.
Bocah perempuan itu melemparkan diri ke dalam pelukan Ardika dengan senang.
Ardika menggendong Livy, lalu berjalan memasuki vila.
Elsy mengikuti dari belakang sambil tersenyum.
Tak jauh dari sana, Jiko menoleh. Begitu melihat pemandangan itu, ekspresinya langsung berubah menjadi muram.
Sorot mata penuh kebencian tampak jelas di matanya.
Setelah mengobrol beberapa patah kata dengan orang tua Delvin, Ardika berangkat menuju ke lokasi perjamuan malam bersama Elsy dan Livy. Content © provided by NôvelDrama.Org.
Setibanya di luar jalan Hotel Blazar, satu per satu mobil mewah sudah membentuk sebuah antrean yang panjang menuju ke tempat parkir.
Mereka tidak lain adalah tamu undangan perjamuan malam ini.
“Ibu, aku ingin makan es krim! Di rumah Kakek dan Nenek nggak mengizinkanku makan es
krim!”
Livy menatap bocah yang sedang makan es krim di pinggir jalan melalui kaca mobil dengan tatapan kagum.
“Livy sayang, kakek dan nenekmu nggak mengizinkanmu makan es krim demi kebaikanmu. Mereka takut kamu sakit perut.”
“Oh
Melihat ekspresi sedih Livy, Ardika terkekeh. Dia berkata, “Sesekali makan sedikit nggak masalah. Kamu bawa Livy pergi beli es krim. Kebetulan aku masih butuh waktu untuk parkir
mobil.”
“Hore! Ayah memang baik!”
Elsy tidak berdaya. Dia terpaksa membawa Livy keluar dari mobil.
Setelah membeli es krim untuk putrinya, Elsy menggandeng Livy dan berjalan menuju ke Hotel Blazar.
Lautan manusia sudah memenuhi depan pintu hotel.
Dalam perjamuan malam yang diselenggarakan oleh Keluarga Misra ini, seluruh keluarga Kota Banyuli, serta berbagai perwakilan perusahaan diundang.
Semua pihak yang mendapat undangan mengirim perwakilan mereka untuk menghadiri
perjamuan malam ini. Mereka semua mempertimbangkan Keluarga Misra yang merupakan keluarga kaya terkemuka.
“Kali ini Keluarga Misra benar–benar nggak main–main. Begitu mereka datang, mereka langsung meminta Keluarga Basagita untuk berganti marga secara bersamaan, lalu mengambil alih aset milik Keluarga Basagita. Mereka benar–benar keluarga kaya yang bahkan lebih hebat dibandingkan Keluarga Mahasura ibu kota provinsi.”
“Ya, tentu saja. Sepuluh tahun yang lalu, Keluarga Mahasura ibu kota provinsi baru menjadi keluarga kaya terkemuka, sedangkan Keluarga Misra sudah menduduki posisi itu selama puluhan tahun. Selain memiliki banyak generasi muda, generasi muda Keluarga Misra juga sangat unggul.”
“Kali ini, orang yang dikirim ke Kota Banyuli adalah Tuan Gilang, orang termuda generasi tua Keluarga Misra. Kemampuannya nggak perlu diragukan lagi. Kali ini, Keluarga Misra datang ke Kota Banyuli pasti punya tujuan yang
tujuan yang besar!”
“Aku dengar–dengar dalam perjamuan malam ini, putri Gilang yang dikenal dengan julukan wanita paling cantik di Kota Lino, Lea Misra juga akan hadir. Malam ini, kita bisa melihat secara langsung kecantikannya!”
Beberapa tamu yang menghadiri perjamuan mulai berdiskusi satu sama lain.
Ekspresi penuh harap terlukis jelas di wajah mereka.
Malam ini, selain menjalin relasi dengan Keluarga Misra dan melihat kecantikan Lea secara langsung, kebanyakan dari mereka juga menantikan momen penting.
Kebanyakan dari keluarga di Kota Banyuli mengirimkan generasi muda mereka yang unggul untuk menghadiri perjamuan malam ini.
Tanpa perlu dikatakan, tujuan mereka sudah sangat jelas.
“Livy, kita tunggu ayah angkatmu di sini, ya. Nanti kita masuk bersama–sama.”
Elsy membawa Livy ke depan pintu.
“Hmm.”
Livy tampak menjilat es krimnya dengan patuh.
Tepat pada saat ini, pria dan wanita muda berjalan ke arah pintu dengan tergesa–gesa.
“Aduh…”
Karena kurang memperhatikan jalan, seorang pria muda menyenggol Livy sampai–sampai bocah perempuan itu terjatuh dan terduduk di lantai.
Es krim dalam genggaman tangannya juga terpental keluar.
“Livy!” seru Elsy dengan kaget, lalu buru–buru berjongkok untuk memapah Livy berdiri.
“Ibu, aku baik–baik saja. Paman itu nggak sengaja menyenggolku,” kata Livy.
Walaupun keningnya sampai berkerut saking kesakitannya, tetapi bocah itu tetap berdiri sendiri.
“Dia baik–baik saja? Kami nggak baik–baik saja!”
Tepat pada saat ini, seorang wanita berkata dengan marah, “Eh, bagaimana kamu mengawasi anakmu?! Lihatlah! Gaun yang baru Lea beli sudah kotor!”