Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 862



Bab 862

“Jangan digigit, saya akan merasa sakit hati.”

Dalam pikiran Selena, terlintas sebuah gambaran di mana dia dan Harvey tidak punya pengalaman dalam hal ini saat mereka bercinta pertama kali.

Dia merasa mengeluarkan suara adalah hal yang sangat memalukan, jadi setiap kali berhubungan intim, dia menggigit bibirnya dan tidak mau mengeluarkan suara.

Hingga suatu hari, pria itu mengangkat dagunya dari belakang dan berbisik di telinganya.

Selena ingat kalau malam itu sangat gila.

Pada saat ini, dia tidak tahu seberapa menariknya dirinya. Matanya ditutupi oleh kain perak.

Harvey mengangkat dagunya, memaksa Selena untuk mengangkat kepalanya sehingga memperlihatkan

lehernya yang indah seperti seekor angsa.

Gaun Selena yang berantakan meluncur turun dari bahu, menampakkan lengan putih dan tulang selangka yang seksi, sementara gliter di kulitnya berkelap–kelip di malam yang gelap.

Gaun yang ringan mengambang dan tenggelam di atas air seperti bunga yang akan mekar dan terlihat

sangat menarik.

Harvey menundukkan tubuhnya secara perlahan lalu mencium bibir yang selalu dia pikirkan siang dan Contentt bel0ngs to N0ve/lDrâ/ma.O(r)g!

malam.

Respons pertama Selena adalah menolaknya. Bagaimanapun juga, Harvey dalam keadaan sadar kali ini. Bagaimana mungkin dia bisa …

Tangan Selena mendorong dada Harvey, tetapi dia merasakan suhu tubuh yang hangat dari dalam

kemeja Harvey sehingga membuat telapak tangannya juga ikut panas.

Kenapa berciuman dengan Gio terasa sama dengan Harvey?

Selena belum pernah mencium pria lain dan bahkan berpikir kalau mencium siapa saja akan

memberikan sensasi yang sama. Mungkin itulah sebabnya dia punya kesalahpahaman seperti ini?

Pikirannya menjadi makin kacau. Dia tidak mau mempermasalahkan apa pun lagi dan hanya tersisa

dorongan naluri.

Pada saat ini, yang ada di benak Selena hanyalah Harvey seorang.

Berbeda dengan nuansa sensual di kamar mandi, kapal ini akan menghadapi pukulan berat pertamanya

sejak dibuka.

Lelang berakhir dan Bella kembali ke kamarnya dengan marah. Hal pertama yang dia lakukan adalah menghancurkan semua perlengkapan teh di atas meja.

“Kenapa Kak Bella marah? Harusnya kita senang, kita dapat 680 miliar! Bos pasti akan memberi Kakak hadiah karena dapat pesanan sebesar ini!”

Bella mengambil sebuah cangkir teh dan melemparkannya ke dekat kaki pria itu. “Diam! Aku

menyuruhmu mencari informasi, tapi kenapa kamu nggak mendapatkannya? Mana mungkin orang biasa bisa mengeluarkan 600 miliar?”

“Kak Bella, aku sudah mencarinya dan juga menunjukkan informasi tentang Gio pada Kakak. Dia itu cuma seorang pekerja miskin yang dulunya pernah membantu kasino dan pernah menjadi tangan kanan. Dia tumbuh di daerah terpencil yang miskin.”

“Nggak mungkin!”

“Sifatnya sama sekali nggak mencerminkan seorang preman. Bahkan dengan memakai topeng juga

nggak bisa menyembunyikan keanggunannya!

“Dia jelas–jelas seorang anak kaya yang lahir dengan segalanya, bukan seorang tangan kanan.”

*Kalau gitu, itu adalah identitas palsu. Kita nggak punya kemampuan untuk segera menemukannya. Kak Bella, tenangkan diri Kakak. Dia itu cuma seorang pria. Kalau cara ini nggak berhasil, bukannya kita punya cara lain? Jangan lupa kalau kapal ini adalah wilayah kekuasaan kita.”

Bella menyilangkan tangan di dadanya dan menatapnya dengan dingin. “Jadi menurutmu, apa yang

harus aku lakukan biar aku bisa lega?”

“Itu mudah, asalkan …

Sebelum pria itu selesai berbicara, suara baling–baling terdengar dari atas langit.

“Helikopter? Kenapa bisa ada helikopter di tengah laut?” Bella mulai merasa cemas.

Tanpa memedulikan yang lainnya, Bella segera membuka pintu dan berlari ke dek. Dia melihat lampu

tanda helikopter berkedip di langit.

“Satu, qua, tiga…”

Puluhan helikopter berputar–putar secara bersamaan di lautan yang luas!

Ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bella merasa panik sampai kaki tangannya

menjadi dingin.

“Da, dari mana helikopter ini datang?”

“Apa mereka datang untuk menyerang kita?”

Diikuti suara “brak“, pintu kamar mereka ditendang sampai terbuka.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.