Bab 322
Bab 322 Benar saja, Selena sudah menebaknya, Calvin masih datang mencarinya.
Kala itu, hidupnya dalam bahaya. Di antara banyak pilihan di Keluarga Wilson, justru membiarkan Agatha hidup dan memilih agar Selena mati, hanya Calvin yang tidak membuat pilihan.
Selena juga tidak menutup telepon, dia dengan sopan dan menjaga jarak berkata, “Benar, ini aku.” “Ternyata kamu masih hidup!”
Suara Calvin terdengar sangat bersemangat, untungnya Selena mengirimkan jam tangan telepon beruang kecil sehingga membuat orang lain tahu bahwa dia masih hidup.
Awalnya Calvin hanya mencoba menelepon nomor Selena, tidak disangka nomornya benar—benar terhubung. “Paman Calvin, aku hidup bukan berarti mau menyumbangkan sumsum tulangku untuk istrimu.”
Belum sempat Calvin bicara, Selena dengan tegas menolak maksudnya.
*Selena, aku ingin bicara denganmu.
“Kayaknya nggak bisa.”
Selena dengan santai terbaring di kursi berjemur sambil memeluk kelapa di pangkuannya. Angin laut yang datang menghampiri sangat nyaman, bagaikan tangan hangat yang lembut menyentuh pipinya.
Lihatlah, bahkan angin laut lebih lembut dari ibunya. *Selena, aku tahu kamu ada beberapa masalah dengan Agatha dan Keluarga Wilson, tapi sebagai senior nggak bisa mengomentari urusan para junior.”
Selena langsung memotong pembicaraan, “Kalau nggak bisa memberikan penilaian yang baik, ya nggak usah memberikan penilaian. Aku juga nggak butuh penilaian atau permintaan maaf darimu.”
“Selena, aku tahu aku nggak bisa mengubah kekesalan di hatimu, aku cuma mau memberitahumu kalau kondisi ibumu sangat buruk. Selama ini dia nggak pulang ke negara untuk melihatmu bukan karena dia nggak ingin, tapi karena identitasku yang khusus, nggak memungkinkan bagiku untuk pulang, ibumu
sungguh merindukanmu!” 1
Selena hanya diam, dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Calvin mengenai rindu atau tidak. Calvin ini benar—-benar menggunakan kesedihan untuk menipu Selena.
Meskipun Maisha tidak bisa pulang ke negara asalnya, memangnya menelepon juga tidak bisa?
Pada saat itu, tidak lama setelah Maisha pergi ke luar negeri, Selena mendesak Arya agar mendapatkan nomor telepon Maisha di luar negeri.
Setiap hari Selena selalu memikirkan apakah ibunya terbiasa di luar negeri, kehidupan di luar negeri sangat berbeda dengan di dalam negeri. Ibunya selalu pemilih, bagaimana jika tidak bisa beradaptasi?
Begitu telepon diangkat, sebelum Selena sempat menyapa, begitu Maisha mendengar suara Arya, dia langsung berkata, “Kita sudah berakhir, sekarang aku juga memiliki keluarga baru, jadi jangan menelepon lagi, aku takut dia bisa salah paham. Sudah begitu saja, aku sangat sibuk.”
Selena terkejut mendengar ucapan ibunya. Dia khawatir karena ibunya tidak pernah menanyakan kabarnya selama beberapa hari, malah takut Arya yang mengganggunya.
Namun, Ibu... Kalau memang Ayah ingin mengganggumu, dia nggak akan semudah itu melepaskanmu pergi.
Selama bertahun-tahun, Selena melihat dengan jelas bahwa Arya sangat mencintai Maisha. Namun, Arya tidak pernah bisa menghangatkan hati Maisha meski dia mencoba selama separuh hidupnya.
Pada akhirnya, bahkan jika Maisha pergi, dia tidak akan mengingat sepatah kata pun tentang Arya, melainkan takut Arya akan menjadi beban.
Selena hanya merasa lucu.
Bagaimana bisa ibunya orang macam ini?
Seiring berjalannya waktu, rasa cinta kepada ibunya masih mampu mengimbangi rasa tidak bahagia yang disebabkan oleh kejadian ini.
Pada saat itu, setiap hari Selena menjaga telepon, takut melewatkan panggilan dari ibunya.
Hingga Selena berusia belasan tahun, telepon rumah sudah dicabut dari setiap rumah, tetapi dia tetap mempertahankan telepon rumah itu.
Hanya karena dia berpikir bahwa ibunya tidak ingin berbicara dengan ayahnya, lalu bagaimana dengan Selena? Dia adalah putri ibunya, ibunya pasti akan bertanya padanya, bukan?
Setelah pulang sekolah, Selena duduk di sebelah telepon dan bahkan saat tidur malam dia tetap berada di dekat telepon.
Ibu memiliki perbedaan waktu di luar negeri, jadi Selena tidak boleh tidur terlalu nyenyak, bagaimana jika sampai tidak dia angkat?
Namun, Selena sudah mencari seratus alasan, pada akhirnya tidak pernah mendapatkan telepon dari Maisha.
Sekarang setelah Selena dewasa, dia memahami bahwa Maisha benar-benar tenggelam dalam kebahagiaan yang damai dengan cinta lamanya. Mungkin saat itu, dia sudah tidak sabar untuk mempersiapkan hidup baru bersama Calvin. Bagaimana mungkin Maisha mengingat keberadaan Selena?
Dia bukannya tidak disukal, hanya saja dia tidak pernah dicintal.NôvelDrama.Org © content.
Calvin berbicara sepanjang waktu, sementara Selena tetap diam. Usai Calvin akhirnya diam, Selena pun baru berucap. “Tenggorokan Paman nggak lelah? Gimana kalau Paran minum dulu, baru nanti
lanjutkan?”