Bab 259
Bab 259
Orang yang berdiri di pintu adalah Maisha, orang yang pernah Selena pikirkan siang malam. Namun, sekarang hanya dengan melihatnya sekilas saja, Selena sudah merasa sakit hati.
Harvey akan tunangan, tetapi mengapa semua orang yang tidak ingin dia temui malah datang menemuinya?
“Selena, Ibu ingin bicara lima menit saja.”
“Lima detik pun aku nggak punya apa—apa yang bisa kukatakan padamu.” Selena berkata dengan wajah
dingin.
Kebetulan tetangga sebelah rumahnya membuka pintu untuk keluar. Selena yang tidak inginNôvelDrama.Org holds © this.
masalahnya menjadi tontonan orang-orang, akhirnya memilih membuka pintu lebih dulu dan Maisha mengikutinya masuk. Ini adalah pertama kalinya Maisha datang ke rumah Selena setelah kembali ke negaranya.
Dulu, Selena pasti akan menyambutnya dengan sangat ramah. Namun, hari ini dia tidak bersikap seperti itu. Dia melepas sepatunya dengan dingin dan menuangkan segelas air hangat untuk melembabkan tenggorokannya.
“Ada perlu apa?” Maisha melihat-lihat sekeliling. Apartemen ini tidak terlalu besar, bisa dilihat hanya dengan sekali pandang.
“Selena, Agatha bilang dia membeli rumah Keluarga Bennett spesial untuk kamu tinggali. Kenapa kamu nggak pindah ke sana saja? Rumah ini kecil banget, memangnya enak tinggal di sini?”
Selena meletakkan gelasnya. Kalimat ini memiliki banyak kekurangan, tetapi untuk sesaat dia tidak tahu harus mulai dari mana untuk mengeluarkan unek-uneknya.
“lya juga, sih. Dari kecil Ibu hidup dalam kemewahan, tinggal di rumah besar, memakai pakaian bermerek, naik mobil mewah. Bagi Ibu, apartemen kecil ini sama kayak tempat pengungsian. Ibu toh bukan sepertiku, mana mungkin Ibu tahu apa saja yang sudah aku alami?”
Maisha langsung mengambil tangan Selena. “Selena, meskipun Keluarga Bennett bukan keluarga kaya raya, tapi mereka telah memenuhi segala kebutuhanmu sejak kecil. bu nggak tahu kalau Keluarga Bennett akan bangkrut. Kalau Ibu tahu sejak awal, pasti Ibu akan membawamu bersama Ibu.”
Selena langsung menarik tangannya dari genggaman Maisha. Dia tahu Maisha adalah orang yang tidak pernah merasakan penderitaan semacam ini, mau dijelaskan sampai mulutmu berbusa pun, dia tidak akan bisa mengerti.
“Nggak usah pura-pura. Bilang saja, apa tujuan Ibu datang hari ini? Kalau aku boleh menebak, pasti ada hubungannya dengan Agatha, ‘kan?”
Kalau dibahas lebih jauh, sebenarnya cukup menyedihkan. Setiap kali ibu kandungnya datang, pasti selalu tentang urusan anak tirinya.
Maisha bukanlah orang yang bisa menyembunyikan emosinya. Ada kilatan yang tidak alami di wajahnya.
“Ibu datang untuk minta maaf atas kejadian sebelumnya, Ibu tahu waktu itu ibu agak berlebihan, tapi kamu juga harus memikirkan Ibu. Sebenarnya, selama aku menikah dengan Parnan Calvin, dia baik padaku, tapi Agatha nggak pernah menganggapku sebagai ibu, bahkan kakek juga nggak menyukai Ibu. Ibu nggak bahagia di rumah itu.”
Maisha menghela napas. “Bukannya Ibu egois. Tapi kamu dan Harvey sudah lama cerai, nggak bagus kalau terus—terusan bersama dan nggak bisa melepaskan satu sama lain, nama baikmu yang akan jadi taruhannya. Semua yang Ibu lakukan Ini untuk membantu Agatha supaya dia nggak mencela ibu terus.
lebih sekaligus membantumu juga. Kamu “kan masih muda, kelak akan bertemu dengan orang yang baik, Kamu perlu mengakhiri hubungan masa lalumu dengan tuntas.” Sudah begini masih juga tidak mau disebut egois? Padahal terlihat jelas di wajahnya kalau Maisha sangat-sangat egois.
Selena malah tertawa. “Jadi demi kebahagiaan yang Ibu sebut—sebut itu, Ibu memilih mengorbankan reputasi putri kandung Ibu sendiri? Luar biasa.”
“Selena, kamu masih muda dan nggak ngerti kesulitan Ibu. Ibu melakukan ini semua untuk kebaikanmu. Kamu memang sudah kehilangan Harvey, tetapi sekarang kamu punya Keluarga Wilson. Mereka punya koneksi yang luas, jadi kelak mereka pasti bisa membantumu melakukan apa pun.”
*Jadi, harusnya aku berterima kasih pada Ibu, ya?”
Maisha tidak menyadari sindiran yang dikatakan oleh Selena. “Sering-seringlah bicara dengan Paman Calvin, nanti kamu akan tahu kalau dia adalah orang yang baik. Selena, dia benar—benar ingin menjadi ayahmu.”
Selena menekan perutnya sendiri. Melihat Selena diam saja, Maisha memanfaatkan kesempatan.
“Keluarga Wilson sangat menyambut kedatanganmu. Besok adalah pesta pertunangan Agatha dan Harvey, Lalu, kamu harus hadir sebagai saudara perempuan Agatha dan memberikan ucapan selamat kepada mereka, Oke?”